Halaman

Selasa, 22 September 2009

Spirit Ramadhan Dihianati Acara Televisi


Oleh: Dedy Rahmat

Bulan Ramadhan berakhir sudah. Bulan yang penuh berkah ini, telah kita lewati dengan aman dan tentram. Namun, ada beberapa masalah yang menurut saya memang perlu kita kritisi. Diantaranya adalah program tayangan-tayangan televisi selama bulan ramadhan. Rasa-rasanya program tayangan televisi yang menemani pemirsa selama bulan suci ini, cenderung lebih banyak mudharat-nya ketimbang manfaat (terutama acara yang disuguhkan pada malam hari hingga subuh).

Program-program televisi yang khusus digelar di bulan Ramadhan nyaris semuanya dengan judul “bernuansa ramadhan”. Dengan judul yang dikemas sedemikian rupa, sehingga terkesan kental membawa dakwah ramadhan.

Menurut Kepala Bidang Infokom MUI Said, “Tayangan Ramadhan saat ini, belum akseleratif dengan spirit suci Ramadhan. Adegan kekerasan, penghinaan dalam guyonan tayangan komedi masih mendominasi untuk tontonan muslimin," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu. (diakses dari tvone.co.id, Kamis, 03 September 2009).

Sementara menurut Rektor Universitas Islam Indonesia Edy Suandi Hamid, dalam jumpa pers yang digelar di Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (6/9) beberapa tayangan ramadhan sudah masuk kategori tidak patut dan melanggar kode etik Komite Penyiaran Indonesia (KPI).

Acara Dtersebut, diantaranya; Happy Sahur, Sambil Buka Yuk (ANTV), Saatnya Kita Sahur, Opera Van Java Sahur, dan Insert Pagi-Sore (Trans Tv),Hur Sahur, Kiss Vaganza, Sahur Show (Indosiar).

Go Spot, Silet, Dahsyat, Manohara (RCTI),Gosip Pagi-Gosip Siang (Trans 7), Cinta Fitri, Was Was (SCTV), Curhat Bareng Anjasmara (TPI), Kiss Vaganza, Sahur Show (Indosiar), dan Obsesi Siang (Global TV).(diakses dari kompas.com, Minggu 6 September 2009)

Tayangan-tayangan tersebut, sarat dengan kata-kata makian, hinaan, dan kadang menjurus porno. Kata-kata dan sikap pelecehan yang sering muncul diantaranya menyamakan manusia dengan binantang dan pelecehan seksual. Lalu tindak kekerasan yang sering muncul adalah kekerasan berupa pukulan di kepala, walaupun hanya “trik”, namun tetap memberikan contoh yang vulgar. Sementara itu acara-acara “gosip show” tetap dengan gaya menampilkan membuka aib orang lain, membicarakan orang lain (yang terkadang tidak jelas antara kebenaran dan fitnah, masalah keluarga yang buruk, perselingkuhan, dll).

Acara-acara televisi tersebut, melanggar Pasal 36 Ayat 6 UU 32 /2002 tentang Penyiaran yang dengan tegas melarang “memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan atau mengabaikan nilai agama, martabat manusia Indonesia atau merusak hubungan internasional”. Lebih parah lagi, tayangan-tayangan itu bukan saja melanggar hukum negara, tetapi juga melanggar ketentuan agama! Tentu saja apa yang terungkap di atas, hanyalah sebagian contoh kecil dari permasalahan yang timbil dalam tayangan-tayangan televisi tersebut (anda sebagai pembaca artikel ini, tentu bisa menafsirkan sendiri contoh-contoh lainnya).

Dari analisa sederhana mengenai program-program televisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tayangan Ramadhan itu cenderung tidak mewakili spirit Ramadhan. Bahkan (maaf), pendapat lebih ekstrim bisa “menghakimi” tontonan menemani ibadah puasa itu dengan cap menodai kesucian Ramadhan itu sendiri. Karena, Bulan Ramadhan yang seharusnya tidak diisi dengan kata-kata makian dan hinaan (bercanda yang berlebihan, merendahkan harkat-martabat manusia) atau kata-kata dan sikap yang menjurus ke hal-hal porno atau perbuatan maksiat lainnya, justru malah tetap diisi dengan cara-cara yang sama seperti pada hari-hari bisa. Tentu saja, selain Ramadhan pun seharusnya budaya-budaya negatif itu pun sebaiknya dihentikan. Paling tidak, dieleminir.

Stasiun televisi melalui program-programnya merupakan “media belajar yang sangat efektif”. Dalam arti, jika tayangannya kasar dan vulgar, maka para “muridnya” (para pemirsa) tanpa disadari tengah mencermati sekaligus mempelajari tayangan yang disuguhkan untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Saya sendiri belum pernah melakukan penelitian untuk “men-judge” bahwa tayangan televisi berdampak signifikan terhadap perilaku pemirsanya. Namun, dari beberapa penilitian ilmiah yang pernah saya baca tentang pengaruh acara televisi terhadap perilaku penontonnya, saya percaya bahwa program televisi bisa lebih dahsyat mempengaruhi pola hidup dan pola pikir manusia, terkadang melibihi pengaruh seorang guru di bangku sekolah. Apalagi jika kita maklumi, bahwa sebagian besar penontonnya adalah anak kecil, atau muda-mudi yang sedang dalam masa pembentukan jatidiri.

Coba saja kita tengok ke belakang, bagaimana seorang bocah SD di beberapa daerah Nusantara yang mencoba bunuh diri (sebagian berhasil diselamatkan sebagian lagi tewas) dengan cara menggantung diri karena masalah biaya sekolah, atau karena dimarahi orangtuanya. Perilaku nekat itu, terjadi tak lama setelah beberapa stasiun televisi memberitakan kejadian di suatu daerah, dan selang beberapa waktu kemudian menjadi trend” yang “diminati banyak penggemar”. Lalu bocah-bocah SD yang memukul temannya hingga babak belur bahkan tewas, setelah mereka asyik menikmati tayangan Smack Down.

Apakah tayangan-tayangan humor yang vulgar atau “menjurus” bisa berakibat parah seperti contoh di atas dan apakah berpengaruh kepada manusia dewasa? Saya kira sama saja. Mungkin seperti tidak separah itu, meskipun pengaruhnya lebih lambat, namun karena tayangan dengan pola sama yang tak henti-hentinya, dari masa ke masa, suatu saat nanti akan turut membentuk jatidiri bangsa. Ibarat “siapa menuai padi akan memproleh panen di masa mendatang”. Jadi, tayangan-tayangan negatif itu ibarat bom waktu yang kita ciptakan sendiri. Stasiun televisi hanya berpikir komersil sementara soal akibat yang bisa ditimbulkan, mereka entah tidak mau tahu, atau tidak menyadarinya, wallaahu alam.

Parahnya lagi, pemirsa kita seperti terhipnotis tayangan televisi, dan menerima hal yang negatif sebagai sesuatu yang biasa atau lumrah. Ketika MUI mengkritik program-program stasiun swasta, justru masyarakatlah yang menjadi “pengacara gratis”. Ini bisa kita lihat melalui komentar-komentar masyarakat yang ditayangan secara online di situs-situs tv yang bersangkutan. Mereka justru balik mengkritik MUI. Bahkan kadang dengan kata-kata yang sangat pedas dan vulgar diiringi dengan makian yang tidak pantas (nah, apakah ini juga pengaruh dari acara tv?). Mungkin ini juga sebagai bagian dari teori sosiologi yang menegaskan bahwa ”di tengah-tengah masyarakat gila, yang normal dianggap sinting” (maaf saya tidak bermaksud vulgar, ini hanya sekedar perumpaamaan).

Kritik atau serangan balik para pemirsa terhadap pendapat MUI itu menurut saya seharusnya tidak perlu. Karena, komentar-komentarnya seperti tergiring secara emosional saja. Reaktif namun tidak kritis. Saya kira semua orang dalam hati terdalamnya memiliki alat sensor untuk membedakan yang mana kebenaran dan yang mana sebagai suatu kesalahan. Jadi tanpa harus menyitir Al-quran, Hadits, atau buku pelajaran, sesungguhnya mereka sudah bisa menentukan apakah yang ia saksikan sudah tepat atau belum. Persoalannya sebagai penonton atau komentator, akal sehat yang menjadi tolak ukur atau emosi yang membimbing?

Sekarang sudah saatnya para pelaku seni dan para produser acara-acara “modern yang tradisional” itu untuk mempersiapkan acara yang lebih berisi luar-dalam. Yang tidak membuat pemirsa sekedar bahagia atau tertawa terbahak-bahak sesaat, namun setelah itu tidak ada pesan penting yang terngiang di otak.

Tanpa bermaksud beranalisa karena sekedar like and dislike atau membandingkan karena sentimen semata, jika boleh berpendapat, tayangan sinetron “Para Pencari Tuhan” yang ditayangkan SCTV nampak jauh lebih berkualitas dibanding acara-acara Ramadhan lainnya (selain acara ceramah atau dakwah secara khusus). Apalagi jika dibandingkan dengan acara lain pada jam yang sama. Sinetron ini, disampaikan dengan sederhana, mudah dicerna, dengan diselipi humor ringan dan cerdas. Walaupun disampaikan sederhana, sesungguhnya sinetron ini sarat makna dan banyak mengutip ayat Al-quran dan Hadits. Selain kita terhibur, kita sedang belajar mengenai tuntunan tuhan dan rasulnya.

Tentu saja tidak ada manusia yang sempurna, sekaligus tidak ada tayangan yang sempurna. Tetapi paling tidak sinetron Para Pencari Tuhan insyaallah jika dibandingkan acara lain, lebih sedikit mudharatnya dan lebih banyak manfaatnya. Seharusnya para produser belajar banyak dari program ini, dan bersaing secara sehat mempersiapkan program yang lebih berisi.

Mohon maaf jika artikel ini menyinggung sebagian orang, atau tidak berkenan membacanya. Ini hanya sekedar analisa “setengah-setengah”. Bukan sedang menggurui anda. Sebaliknya lebih mengingatkan diri saya sendiri. Jika tidak bermanfaat buang saja. Jika ada setetes pesan positif, semoga membawa berkah bagi saya dan anda semua. Wassalam.

(Sumber gambar: http:/www.cartoonstock.com)

10 komentar:

Muksinjamaludin mengatakan...

memang bener bos, apalagi acara Curhat Bareng Anjasmara (TPI), saya paling tidak suka acara itu, terlalu banyak anarkisnya, bertengkar secara tidak wajar disiarkan di depan umum, dan makian yang berlebihan (karena ini bukan sandiwara) seharusnya di tutup tuh acara.. salam kenal
info ternakb

dedy-rahmat mengatakan...

saya juga setuju sob, ama pendapatmu CBA-TPI juga acara yang "berbahaya"

free download mengatakan...

betul sekali..... merusak moral sebetulnya tidak harus ditampilkan

sewa komputer & printer mengatakan...

visit to website, skalian blajar bisnis..thanx..

infoGue mengatakan...

Hai, salam kenal, artikel anda ada di

sini

ayo gabung bersama kami dan promosikan artikel anda ke semua pembaca. Terimakasih ^_^

Shin-kun mengatakan...

Sekarang acara tipi memang bisa dibilang gak ada yang mutu, kalo gak isinya bertengkar, adegan istri berani dengan suami, ato suami yang selingkuh di belakang istri, ato suami yang gak berani sama istri, deuhhh...parahhhh...

harto mengatakan...

Hampir semua acara TV ga ada yang mendidik terlalu ke babablasan, kecuali berita2 yang aktual. Kalo saya paling senang nonton berita n siraman rohani Agama Islam.

facebook hacker mengatakan...

lebarab udah lewat yak???

rumah blogger mengatakan...

hari ini lagi benah2 banner,tolong punya saya diganti ya, soalnya saya udah ganti domain. kalo tdk diganti sia-sia donk tukeran linknya. makasih nich sukses selalu

sabirinnet mengatakan...

PEMBERITAHUAN, SAYA GANTI ALAMAT JADI GANTI JUGA BANNER SAYA MENJADI DOTCOM, BENAR KATA BANG SABIRINNET KALO TDK DIGANTI SIA-SIA AJA KITA TIKERAN LINK. MANTAAAPPP BROOO

Peta Visitor