Halaman

Sabtu, 12 April 2008

“Wilders dan Fitna Hanya Bibit Kecil!”

Oleh: Dedy Rahmat

APA SEBENARNYA yang diinginkan seorang Geert Wilders dengan membuat sebuah film yang mengisahkan bawa Islam dan Al-Quran sebagai musuh dunia? Apakah sekedar mencari sensasi dan menyebar propaganda? Apakah karena ketakutan yang luar biasa karena tajamnya peningkatan jumlah muslim di Eropa, AS, dan Belanda itu sendiri? Atau karena aksi “terorisme” umat Islam yang marak di seluruh belahan Dunia?

Tampaknya jawaban dari pertanyaan di atas adalah; ya! Wilders yang anggota parlemen dari Partai Kebebasan PVV Belanda itu memang sengaja memprovokasi Dunia melalui tayangan film yang mengisahkan betapa umat Islam itu adalah sebuah potensi teroris yang membahayakan kehidupan Dunia.

Film Fitna yang disebarkan Wilders kepada masyarakat Dunia melalui internet itu mencoba membuat immage bahwa umat Islam itu sarat dengan kekerasan dan anti-kebebasan/liberalisme. Sementara Al-Quran disitir dengan bahasa sendiri dengan kerap mengartikan ayat-ayat Al-Quran memberi perintah untuk melakukan terorisme. Padahal, sudah barang tentu semua itu tidak benar! (silahkan anda buktikan sendiri dengan membaca ayat-ayat Al-Quran, terutama yang diungkapkan dalam film Fitna).

Melalui sitiran ayat Al-Quran yang dikombinasikan dengan film dokumenter tentang aksi pengeboman, pembunuhan, dll., yang dilakukan umat Islam, Wilders memang ingin “mengingatkan” masyarakat Dunia bahwa Islam memang berbahaya. Islam juga digambarkan anti-kebebasan dengan mencontohkan bahwa homoseksual sebagai suatu kesalahan, sementara notabene Belanda dan beberapa negara Eropa dan Amerika memang menghalalkan perilaku menyimpang ini, bahkan ditegaskan melalui kebijakan negara masing-masing.

Wilders juga memang tidak ingin umat Islam mendominasi dunia. Dalam film Fitna ia menjelaskan sebuah grafik perkembangan umat Islam di Belanda dan Eropa yang sangat dahsyat, terutama pasca-ledakan menara kembar WTC di New York Amerika pada 11 September 2001. Dengan sangat tegas dia juga menegaskan “Stop Islamisasi!”.

Jika mencermati film Fitna jelas merupakan sebuah konsep sepihak. Artinya, film itu tidak pernah mengisahkan betapa aksi “terorisme umat Islam” itu sesungguhnya terjadi sebagai feed back dari perilaku kekerasan yang dilakukan Amerika, Israel, dan sekutu-sekutunya di Eropa terhadap umat Islam. Film ini sudah barang tentu tidak menayangkan bagaimana kekejaman tentara sekutu di Iraq terhadap ribuan orang tak berdosa. Mereka tidak menayangkan bagaimana anak-anak kecil, orang-orang tua, ibu-ibu hamil, dll., tewas dengan menggenaskan ketika bom-bom dijatuhkan melalui udara dan berbagai serbuan mengerikan di camp penduduk di Iraq, Palestina, Afganistan, dan banyak negara muslim lainnya.

Konspirasi Internasional

Lalu mengapa Wilders begitu berani membuat dan menayangkan film Fitna? Rasa-rasanya tidak mungkin ia memproses film ini begitu saja. Tanpa bermaksud memfitnah tanpa bukti, namun indikasi bahwa Wilders “bermain” dalam sebuah jaringan konspirasi bisa saja terjadi. Ia jelas membutuhkan dukungan AS, Israel, dan sekutu lainnya untuk membuat dan menayangkan film Fitna.

Artinya, bukan tidak mungkin pula ia juga bekerjasama dengan jaringan intelejen Internasional guna menyukseskan sasaran-sasaran penyebaran film kontroversi tersebut. Dengan kata lain, tindakan Wilders bisa saja merupakan aksi konspirasi dan propaganda tingkat dunia. Dengan demikian, ia tidak bermain sendiri.

Stop Islamisasi dan Merebut Ladang Minyak

Apakah sasaran dari film Fitna itu adalah sekedar menghentikan islamisasi? Tampaknya bukan sekedar itu. Ia jelas ingin memancing kemarahan umat Islam di dunia. Artinya, pesan yang ia sampaikan bukan sekedar peringatan akan bahaya umat Islam kepada bangsa-bangsa non-muslim. Sasaran dari film Fitna itu sebenarnya umat Islam itu sendiri. Artinya, film itu sengaja dipertontonkan untuk umat muslim, dengan harapan terbentuk reaksi yang berlebihan, sehingga memberikan alasan kepada AS dan sekutu-sekutunya untuk kembali melancarkan serangan membabibuta kepada negara-negara muslim seperti halnya Iraq dan Afganistan pasca-tragedi WTC-NY.

Jika hipotesis di atas benar, siapa sesungguhnya yang tengah dibidik? Bisa saja “konspirasi Fitna” itu adalah negara Iran. Seperti kita ketahui bersama AS di bawah kepemimpinan Bush begitu bernafsu untuk menyerang Iran dengan alasan kepemilikan uranium untuk pengembangan teknologi nuklir. Sementara Iran sendiri, dikenal sebagai negara yang keras menentang kebijakan-kebijakan luar negeri AS, dan merupakan salah satu simbol umat Islam di Dunia.

Iran bukan saja dianggap sebagai “salah satu biang teroris”, tetapi juga menyimpan potensi ekonomi yang sangat luar biasa di bidang perminyakan. Iran adalah negara pengekspor minyak ke-4 terbesar di Dunia. Iran merupakan salah satu “jantung” perekonoimian Dunia, seperti halnya Iraq. Artinya, jika Iran dapat dilumpuhkan, maka akan memberikan manfaat ganda bagi AS dan sekutunya. Selain menghentikan islamisasi juga mengais rezeki melalui ladang-ladang minyak hasil ekspansi melalui serangan-serangan militer.

“Program Jangka Panjang”

“Konspirasi dan propaganda ala Wilders” itu, bisa juga merupakan sebuah program jangka panjang. Ia telah mempersiapakan sebuah “bom waktu” dengan harapan akan muncul berbagai propaganda serupa yang lebih dahsyat melalui bermacam media. Sehingga, akan terjadi perang opini antar-umat seperti teori Snow Ball; menggelinding, semakin membesar, dan akhirnya hancur berkeping-keping.

Paling tidak, jika Fitna belum mampu mencapai sasaran, ia telah menganalisa bahwa di masa mendatang, ancaman yang lebih serius itu bukan muncul dari Fitna, melainkan dari kontroversi lainnya yang lebih besar. Wilders mungkin sedang “menabur bibit, dengan harapan memperoleh panen besar-besaran di masa mendatang”.

Jika kita merujuk pada teori Snow Ball tadi, Wilders dan Fitna pun sesungguhnya hanya bagian kecil dari butir-butir es yang menggelinding dan semakin membesar. Apalagi dengan tampilan kartun Nabi Muhammad dalam film Fitna yang berkepala bom yang merupakan gambar yang diambil dari sebuah media massa di Denmark beberapa waktu lalu (yang juga memancing kemarahan umat Islam). Artinya, tampilan kartun Nabi Muhammad, Film Fitna, dll., itu memang sebuah konspirasi “penyebaran bibit” yang perlahan namun pasti dan secara sistematis akan memancing reaksi dan aksi.

Jika anda tertarik mengkritisi tulisan ini, silahkan sampaikan via e-mail dedy_rahmat74@yahoo.co.id, atau langsung melalui blog. Tulisan anda akan ditayangkan pada blog ini

1 komentar:

Asep mengatakan...

saya setuju dengan artikel yang bapa tulis ,karena memang islam bukanlah terosis.dan bukan penjahat

Peta Visitor